Batman Begins - Diagonal Resize 2

This Blog For All People !!! Please Coment My Post Ok ^^ !!!

Minggu, 26 Januari 2014

Cerpen : Psikopat 1

  Psikopat : Darah dan Dendam
By : Taufikur Rahman


                                            
Psikopat dapat diartikan sebagai pelaku itu sendiri / tindakan yang dilakukan oleh pelaku diluar nalar manusia yang salah satu  kemungkinan penyebabnya karena terganggu kejiwaannya yang mungkin dapat terjadi karena pengaruh tekanan yang besar dan trauma yang pelaku pernah terima. (Taufikur Rahman)
Perkenalkan namaku adalah Joni. Aku adalah salah seorang korban pembulian. Aku tak akan menjadi seperti ini jika bukan karena mereka. Andre dan Steven dua temanku, bukan !! mereka bukan temanku, merekalah yang selalu membuatku nampak seperti orang bodoh. Kisahku ini terjadi beberapa tahun lalu hingga aku memutuskan untuk menjadi Psikopat.
FLASHBACK..
Dulu aku bersekolah di suatu SMK ternama di wilayahku, sekolah itu populer karena di pandang baik oleh masyarakat luas. Pada awalnya aku berpikiran sama namun ternyata hal itu tak sesuai dengan kenyataannya. Ketika aku masih di SMK aku dikenal sebagai siswa yang pendiam, rajin dan teladan namun tidak bagi Andre dan Steven duo sahabat itu selalu menggapku sebagai bonekanya. Pada saat itu aku selalu diperalat oleh mereka. Mereka selalu memintaku mengerjakan PR nya dan menyuruhku seenaknya jika aku menolak mereka akan memberiku balasan berupa pukulan, merusak barang-barangku dan tindakan pembulian lainnya.
Pernah suatu hari keadaanku sedang kurang baik mereka datang ke kelasku untuk mengerjakan PR nya. “ Hei Jo , jongos ! kerjakan PR matematikaku ini ! ingat jangan sampai salah !”, ucap Andre tegas seraya melemparkan bukunya dan kembali ke kelasnya sedangkan aku hanya mengangguk lemah. Bodoh ! memang aku masih bodoh pada saat itu.
Pada saat jam istirahat aku hendak ke kantin namun aku merasa ada tangan yang menarikku, benar saja Stevenlah yang menarikku kuat ke ruangan kosong disana nampak Andre yang kelihatannya sedang marah.
“Hei Jon ! lihat nih matematika yang lo kerjakan ! salah 3 bodoh !!loh emang sengaja balas sendam kegue kan !!!”, ucap Andre tegas sambil mencengkram kra seragamku. “Maaf.. ! bukan begitu maksudku, hari ini aku sedang sakit !!”, ucapku dengan menunduk. “Jangan bohong loh jongos ! loh sengaja kan ! udah deh ndre kita kerjain aja dia !!”, kata steven tiba-tiba. Tak berselang lama tiba-tiba Steven memegang kedua lenganku ke belakang, aku mencoba memberontak namun tidak bisa cengkramannya begitu kuat. Setelah itu nampak Andre di depaanku ia melepaskan Kacamata yang kupakai lalu membuangnya. Aku terkejut setelah itu ! ditambah aku menerima pukulan-pukulan dari Andre. Sunngguh kurang ajar dia bukan.
 Saat bel masuk kembali berbunyi aku dihempaskan dengan keras oleh Steven ke lantai lalu mereka meninggalkanku begitu saja tanpa rasa bersalah. Setelah mereka menghilang akupun bangkit dan menatap kepergiannya dengan tatapan sinis. Ternyata mereka sangat bodoh, mereka kira aku tak dapat melihat dengan mataku haha… . Mataku ini normal dan aku  memang sengaja memakai kacamata jika ke sekolah. Kemudian akupun mengambil kacamata yang dijauhkan Andre tadi dan lekas kembali ke kelas.
Kring.. kring.. ( bel pulang berdering ) semua siswa lekas pulang ke rumah masing-masing. Ketika aku hendak keluar kelas aku berpapasan dengan gadis yang selama ini aku sukai namanya sella. Ketika ia melihatku akupun langsung berbalik membelakanginya karena merasa gerogi.
Sesampainya di rumah aku ingin langsung curhat kepada kakakku.  Oh ya ! dirumah aku hanya tinggal bersama kakak perempuanku kedua orang tuaku sudah meninggal dunia. Dia bernama Sinta, seorang manager sukses yang super sibuk dan jarang meluangkan waktu untukku. Sebelum memperoleh jabatan itu ia selalu memperhatikanku namun kini dia berubah dan sebab itulah aku menjadi sosok pendiam dan penyendiri. Aku ingin berbagi cerita bersamanya namun karena kesibukkannya aku takut mengganggu. Kuputuskan untuk membuat makanan spesial ini sendiri, makanan yang besok akan kuberikan kepada sella.
Keesokan harinya aku berniat memberikan bekal makanan yang aku buat kepada Sella. Ia nampak berada di taman bersama sahabatnya Santi, akupun menghampiri mereka. “ Sel.. Sella ! ini kubuatkan makanan untukmu !”, ucapku terbata karena rasa gugup yang melandaku. Aku memberikan bekal itu dengan menunduk dan sesekali meliriknya. “hei.. jongos ! ngapain lo buat makanan ini heh ! sini sel biar aku coba !! hufttt.. makanan apa ini hehh ! loh mau meracuni kita-kita ya !”, sambar Santi setelah mengambil makanan dari tanganku tiba-tiba dan langsung membuang makanan itu tepat di depanku. Aku terkejut dengan perlakuan Santi yang tak menghargai hasil kerja kerasku,” ke.. kenapa kau membuangnya ? ini makanan kubuatkan untuk sella !”. “ heh.. gue ini sahabat Sella ya ! wajar jika gue yang mengambilnya lagipula makanan gak enak kayak gitu mau diberiin Sella. Cihh !”, aku tak percaya dengan kata-kata yang baru ia ucapkan. Ia seenaknya makan dan membuangnya di depanku, Awas kau. “Maaf, Jo ! aku sedang gak selera ! lagipula makananmu udah kotor tuh !’, perkataan yang baru saja Sella keluarkan menambah rasa pedih yang ada di benakku. Aku kecewa ia tak menghargai hasil kerja kerasku juga ternyata. Lihat perhitunganku nanti !.
Setelah mengambil makananku yang tersebar di tanah aku langsung menuju kee kelas dengan langkah yan cukup cepat. Namun aku tak sengaja menyenggol bahu seseorang. Akupun meminta maaf kepadanya yang ternyata adalah Andre.
Iapun langsung menarikku ke toilet bersama si steven. Aku tahu kurasa kejadian beberapa hari lalu akan terjadi lagi hari ini.
“hei.. jongos ! loh mau ganggu pacar gue ya ! jangan sok loh sella gak akan mau cowok kayak loh !”, Andre ternyata adalah pacar Sella, fakta ini lantas membuatku tambah sakit. Orang yang kucintai ternyata menjadi kekasih orang yang paling kubenci. “Maaf, aku tak bermaksud seperti itu !” Beberapa saat kemudian mereka mulai kembali beraksi, Steven memegangi kedua lenganku ke belakang dengan kuat dan Andre mulai mencengkram kera bajuku dengan keras. Bugh.. bugh.. bugh.. ! dugaanku benar Andre memukulku mulai dari kepala, wajah sampai kebadanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa aku masih terlalu lemah.
Setelah Andre puas memukuliku ia bersama Steven pergi meninggalkanku  dalam keadaan yang bisa dikatakan mengenaskan. Sebelum mereka pergi Steven mendorongku keras hingga kepalaku menabrak tembok toilet. Setelah itu aku mencoba bangkit dan menuju kaca yang berada di samping toilet. Aku terkejut, ada banyak darah di wajahku. Langsung saja aku duduk terjatuh, kalian tahu aku sangat takut dan benci dengan darah. Kenapa ? ketika aku masih berusia  9 tahun aku melihat langsung adagen pembunuhan yang dilakukan oleh kumpulan penjahat. Aku dan kakakku bersembunyi dan mereka tak menemukan kami. Namun sayangnya aku melihat banyak darah disekelilingku. Darah kedua orang tuaku yang dibantai dan kutemukan mereka dalam keadaan tewas mengenaskan berlumur darah. Sejak saat itu aku mengalami trauma yang cukup berat dan untung saja ada kakakku yang mampu memulihkan kondisiku.
“Darah.. Darah.. !! aku benci darah !”, teriakku dengan suara lantang. Kenapa ada darah lagi dihidupku. Pada awalnya aku masih takut dan benci darah. Namun setelah itu aku mendengar bisikan bahwa aku harus membalas mereka dengan darah. “Balas darah dengan darah ! jangan takut dengan darah, darah itu menyenangkan !”, itulah suara yang mampu kudengar. Aku tak tahu siapa orang yang mengatakannya tapi yang pasti sejak saat itu aku sudah mulai tak takut dengan darah dan bertekat membalas semua orang yang telah menyakitiku.
Kejadian yang kualamai hari ini ingin sekali kuadukan kepada kak Sinta. Saat aku memasukki kamarnya yang kulihat ia sibuk mengerjakan pekerjaan yang harus diselasaikan. Aku tak berani memanggilnya, takut jika aku hanya mengganggunya. Pernah suatu hari aku ingin bermain dengan kakak tapi dia malah memarahiku dan memanggilku manja karena telah mengganggunya. Jadi, setelah melihatnya dibalik pintu aku memutuskan kembali ke kamarku dan menyimpan rasa sakit hatiku ini sendiri.
“ Bangkitlah ! lawan ketakutanmu Joni ! balas darah dengan darah.. !”, suara itu kembali muncul ketika aku sudah berada di kamarku.  Aku sedikit terkejut namun akhirnya aku berani membuka suara. “ siapa kamu sebenarnya ? apa kamu mau jadi sahabatku ?”, hening tak ada suara lagi yang menyelimuti ruangan ini. Tapi yang kuyakini ia pasti berniat menolongku meski aku tak tahu siapa sosoknya. Setelah terdiam beberapa saat memikirkan arti dari kalimat itu, akhirnya aku mengerti dan mulai menyusun rencana.
Malam ini misiku akan kujalani hahaa.. aku merasa deg-degan tapi dengan keyakinan yang kuat aku merasa bisa. Aku memutuskan ke kamar kakakku untuk menanyakan sesuatu. “ Kak dimana tongkat baseballku kau simpan ? aku mau pergi sebentar !”, sambil membuka pintu kamar kak sinta kulihat ia masih sibuk dengan pekerjaannya dari tadi sore sampai petang ini. “ Ada di lemarimu ! emang kamu mau kemana malam-malam gini ?”, kakak terlihat sedang merapikan lembaran-lembaran di atas mejanya dan hendak berlalu keluar kamar. “emm.. aku mau latihan baaseball kerumah temanku kak soalnya besok ada penilaian !, kulihat ia nampak berfikir dan mencurigaiku sebab aku jarang sekali keluar malam. Setelah kubujuk akhirnya ia mau menyetujuiku dengan syarat agar tidak pulang larut malam. Selepas itu aku langsung pergi keluar menjalankan misiku.
Aku sudah berada di depan rumah yang sederhana tak lupa juga mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan. Nampak seorang lelaki sedang tidur di kamarnya aku melangkah dengan langkah pelan agar dia tidak mendengarnya. Tepat di depan tempat tidur lelaki itu kulihat ia mulai membuka matanya dan kurasa ia terkejut dengan kedatanganku. “ hei.. siapa kamu ? beraninya kamu masuk ke kamarku heh !”, BUGH.. ! lelaki itu hendak berpindah posisinya dari tempat tidur namun ia kalah cepat dengan pukulan kerasku dikepalanya menggunakan tongkat baseball ini. Kulihat banyak darah mengalir dikepalanya dan rasanya ia telah tewas karena selepas aku memukulnya ia langsung tumbang. Hahaha.. aku puas melihatnya lalu kuambil darah dikepalanya untuk kugosokkan di kedua pipinya. Ahh.. sekali lagi aku puas sangat puas. Setelah selesai kubiarkan keadaanya seperti itu kemudian kutinggalkan begitu saja.
          Ketika aku hendak masuk ke kelas tak disengaja ternyata aku bertemu dengan si Andre dan Sella. Si Andre melihatku dengan tatapan sinisnya sambil merangkul bahu Sella. Mereka terlihat heran kepadaku karena hari ini aku tak memakai kacamata seperti hari-hari biasanya. Aku tak peduli dengan hal itu, aku hanya membalasnya dengan tatapan dingin dan berlalu begitu saja dari mereka. Saat bel istirahat pertama berbunyi aku hendak pergi ke kantin dan menemukan Si Andre dan Sella tengah berbincang serius di taman. Karena itu aku memutuskan membatalkan acaraku untuk sekedar menguntip pembicaraan mereka. Disana Andre terlihat marah dan frustasi. Kurasa mereka telah mengetahui kabar kematian Steven.
          “Hei jongos ! ngapain loh disana heh ! loh nguping ya !”, Andre telah mengetahui keberadaanku. Aku mencoba kabur darinya tapi masih kalah cepat dengan kejarannya. Emosinya tampak meningkat melihatku. Karena ia tak ingin perbuatannya diketahui guru dan siswa lain kepadaku kembali ia membawaku ke ruangan yang kosong dan menutup rapat-rapat. Ada pemandangan beda kali ini, ya soulmatenya Steven tak ada. Itu karena Steven telah tewas semua warga sekolah baru mengetahui kabar tersebut pagi ini.
          “ Loh mau cari gara-gara sama gue ya ! ok rasain ini !” seperti biasa ia hendak melakukan tindakan kekerasan ini kepadaku namun yang beda kali ini ia melakukannya sendiri. Aku hanya diam menanggapi sikapnya dan mencoba menghindari pukulannya. Pertama ia mendorong badanku keras ke tembok dengan menggunakan kakinya. Kedua ia mulai memukul perutku berkali-kali aku berusaha kuat setelah itu. “Tunggu Ndre ! aku mau jelasin sesuatu kepadamu ! apa kau tau siapa pembunuh Steven ?”, gerakkannya berhenti seketika  setelah aku mengatakannya. “Apa maksudmu hehh ?”, tampak wajahnya semakin memerah mendengarnya. Hhe.. aku berusaha menahan tawa. “Aku akan mengatakannya langsung ! akulah pembunuh soulmate bodohmu itu hahaha…”,dia diam selama beberapa waktu kemudian kulihat dia sudah tak mampu menahan emosinya. Pukulan ketiga siap menuju ke wajahku. Namun tiba-tiba gerakkannya berhenti, kalian tahu kenapa ? karena aku telah menancapkan pisau ke perutnya. Tak puas hanya sekali kutusuk beberapa kali wilayah perutnya. Pemandangan pertama yang kulihat adalah darah. Aku senang sekali dan aku telah membalas budi atas perlakuan Andre selama ini. Kulihat ia langsung tumbang di depanku. Aku tertawa sinis di depan mayatnya dan mengambil darahnya untuk kugosokkan di kedua pipinya.
          Setelah kejadian itu aku langsung pulang kerumah. Bagaimana dengan sekolahku ? sebelumnya aku meminta ijin ke guru BK untuk pulang lebih awal dengan alasan sakit. Dan kurasa saat ini sekolahku sedang heboh karena melihat mayat di ruangan kosong itu. Hahaha.. aku merasa punya jiwa baru. “balas dendam dengan darah” itulah prinsip baruku. Kurasa urusanku belum selesai karena masih ada beberapa tugas yang belum selesai.
          Keesokkan harinya nampak sekolah sedang berduka karena dua siswanya menjadi korban pembunuhan dalam jangka waktu satu hari. Dan mereka telah menyelidiki kasus ini diduga pelakunya adalah warga sekolah ini. Saat hendak ke kelas aku melihat Sella bersama Santi yang terpukul atas kejadian ini. Sella malah melihatku dengan tatapan sinis cih… . Ketika bel istirahat berbunyi tak kusangka Sella dan Santi sedang mendiskusikan sesuatu. Kulihat nampak penting tak salahkan jika aku menguping haha.. . “San, aku takut !”, “aku tahu kau masih sedih dengan kasus si Andre kan ? tenang ajalah pasti pelakunya ketangkap kok !”.
Sella kembali menangis ia mengingat kembali kenangan indahnya bersama Andre. Ia takut bahwa akan bernasib sama seperti pacarnya dan Steven. “San, malam ini kamu nginep di rumahku ya ! kebetulan orangtua sedang tugas di luar kota.”, “mmm.. ok deh Sel !”, “makasi ya kamu memang sahabat terbaikku !’, merekapun saling tertawa dan berpelukan. Tapi entah kenapa Sella merasa bahwa ada orang lain yang sedang memata-matainya. Itu adalah aku. Setelah mendengar obrolan menarik mereka akupun sedikit tersenyum sinis dan berlalu meninggalkan tempat yang sedari tadi kugunakan untuk bersembunyi.
          Semakin hari sikapku semakin berubah. Aku sering pergi malam tanpa meminta ijin kakakku, biar saja emang dia mengawatirkanku ?. Kak Sinta sebenarnya pernah marah padaku karena pulang larut malam aku tak peduli. Malah aku meninggalkannya dengan acuh beserta tatapan dinginku. Kurasa ia sekarang mulai mencurigaiku.
          Aku sudah berada di depan rumah seseorang yang kucintai. Aku sudah siap untuk bersenang-senang hari ini. Dengan memakai topi dan sapu tangan di wajahku tak akan ada orang yang mengenaliku. Dengan beberapa alat yang kubawa aku siap menjalankan langkah selanjutnya.
          Krekk.. kubuka perlahan pintu didepanku dan kuintip sejenak keadaan didalamnya. Sella sedang membaca buku sementara Santi pergi ke kamar mandi di kamarnya. Dengan langkah pasti aku memasuki kamarnya. “Sisi.. siapa kau ??”, “hai sayang kita berjumpa lagi ! kau tidak mengenaliku sayang ? aku selalu berada didekatmu aku selalu..”, perkataanku lantas terputus saat ia tiba-tiba mencabut sapu tangan dan topiku secara cepat. Kulihat ia nampak terkejut denganku. “Kau ? Joni !”, aku hanya membalasnya dengan senyuman yang perlahan memudar. “Kenapa kau melakukan ini ? kau yang membunuh Steven dan Andre kan !”, emosinya memuncak saat ia mengetahui bahwa pelaku pembunuhan itu adallah aku. Kubalas perkataannya tadi dengan kekehan. “Kau sudah tahu sekarang !”, “Kenapa kau membunuh mereka hah ! mereka itu teman kita !”, “Teman katamu ! mereka tak pantas disebut teman mereka pantas disebut psikopat ! apa Andre tidak pernah cerita tentangku padamu ? haha.. kurasa tidak ! mereka berdua sering melakukan pembulian, kekerasan dan merusak barang-barangku ! kau takkan pernah merasakan hidup sebagaiku !” setelah panjang lebar kujelaskan ia nampak tak percaya mendengarnya. Ternyata dugaanku benar Andre tak pernah mengatakan perlakuannya padaku ke Sella.
          “Sekarang adalah waktumu !”, “Joni.. ! aku tahu kau marah pada mereka tapi kenapa kau juga mau membunuku ?”, “Siapa yang mau membunuhmu ? aku hanya mau bersenang-senang denganmu sebagai balasan sikapmu padaku selama ini !”, kumajukan sedikit langkah kakiku menujunya sementara ia mundur beberapa langkah. Ia terlihat begitu takut kepadaku.
          “Santi.. santi.. Tolo..”, perkataannya terpotong setelah tanganku berada di lehernya. Ia hendak memanggil Santi yang berada di dalam kamar mandi namun gagal setelah aku berhasil mencekeknya. Ia berontak terhadap sikapku dan berhasil kabur menjauh namun ketika hendak lari ia malah terjatuh setelah kakinya tak sengaja menabrak meja. Gampang saja bagiku untuk mengejarnya. Aku semakin mendekatinya ia segera mundur hingga menabrak tembok di belakangnya. Kukeluarkan benda kesukaanku perlahan kepadanya yaitu pisau. Pisau itu akan kugunakan untuk membunuhnya. Ia semakin menjerit ketakutan setelah aku semakin mendekatinya. Semakin dekat.. semakin dekat dan jlepp.. pisauku berhasil menancap ke perut seseorang dan orang itu adalah Santi. Ternyata ia mendengar teriakan Sella dan berniat melindunginya. Dasar gadis bodoh ! tapi tak apalah karena dengan begitu tugasku semakin mudah. Kalian tahu aku juga menaruh dendam kepada gadis itu. Santi dengan seenaknya membuang makanan hasil kerja kerasku kalian tentu masih ingatkan !.
          “Tidak.. Santi.. Santi bangunlah ! aku mohon bangun.. !” Santi terkapar setelah menerima tusukan dariku. Sekali lagi pemandangan pertama yang dapat terlihat adalah darah. “ Sekarang waktumu menyusulnya !”, tanganku siap menuntun pisau ini kearah Sella tapi aku merasa ada sebuah tangan yang menahanku. Akupun melihat ke samping dan ternyata kak Sintalah pelakunya. Aku sempat terkejut sesaat ternyata kakakku mengikuti diam-diam mulai dari rumah. Hening suasana setelah itu, akupun memulai pembicaraan ,”Hai kak ! sedang apa kau disini ? bukannya kau sedang sibuk dengan pekerjaanmu ?,” “maafkan kakak jon ! aku tahu kau jadi begini karena aku kurang memperhatikanmu kan ?”, “ahh.. kau mulai mengerti tapi tidak semua salahmu.”, “aku mohon jon kembalilah menjadi joni yang dulu !”, “Apa kau pikir kehidupanku semudah itu heh layaknya membuka lembaran baru ! kau salah besar kak ! kau tak pernah tahu kehidupanku di sekolahkan aku selalu mengalami pembulian dan kekerasan oleh orang-orang busuk itu ! aku selalu mencoba curhat bersamamu tapi kau selalu sibuk dengan urusanmu ! jadi jangan salahkan aku jika aku punya kehidupan sendiri seperti sekarang !”, Kak Sinta menangis menyesali perbuatannya yang lalai menjagaku. Kecewa pasti itu yang dirasakannya sekarang. Tapi semua sudah terlambat karena diriku yang dulu sudah hancur.
          “Sella sayang.. ! kali ini kau beruntung karena nasibmu tak seburuk kawan-kawanmu tapi jika lain waktu kita bertemu kembali kupastikan nyawamu dalam bahaya ! ohh.. ya dan satu lagi kak ! aku sudah kehidupan sendiri jadi kakak jangan mencariku dan mencampuri urusanku !”, itulah kalimat terakhir yang kusampaikan pada mereka berdua. Sella masih tampak terpaku dengan perkataanku tadi sementara kakak masih tetap menyesali perbuatannya. Akupun keluar sambil meninggalkan pisau berdarahku dan kemudian menghilang dibalik pintu itu.               FLASHBACK END
          Sejak saat itu aku tak pernah kembali ke rumah yang kutinggali bersama kak Sinta. Aku menikmati kehidupan baruku menjadi seorang psikopat. Aku merasa punya gairah hidup dan tak takut dengan apapun lagi. Kini aku telah tinggal di suatu desa yang kuanggap aman. Banyak orang diluar sana yang sampai sekarang mencari keberadaanku namun nihil mereka tak pernah sekalipun menemukanku. Tapi sekarang kudengar ada seorang lelaki yang mulai mengetahui keberadaanku disini.
-      THE END  -
Info sedikit bagi yang kurang tahu :
 Pembulian adalah tindakan melakukan pelecehan yang dilakukan oleh satu / beberapa orang ke orang lain. Biasanya tindakan pembulian banyak dilakukan antar teman (sekolah), antara kakak kelas (senior) dengan adik kelas (junior). (Taufikur Rahman)
Maaf kalo masih jelek bin amburadul soalnya masih pemula. Next Project Short Story is Psikopat 2 : Perjalanan Hidup. See u ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar