Psikopat : Darah dan Dendam
By : Taufikur Rahman
By : Taufikur Rahman
Psikopat dapat
diartikan sebagai pelaku itu sendiri / tindakan yang dilakukan oleh pelaku
diluar nalar manusia yang salah satu
kemungkinan penyebabnya karena terganggu kejiwaannya yang mungkin dapat
terjadi karena pengaruh tekanan yang besar dan trauma yang pelaku pernah
terima. (Taufikur Rahman)
Perkenalkan namaku adalah Joni. Aku adalah salah
seorang korban pembulian. Aku tak akan menjadi seperti ini jika bukan karena
mereka. Andre dan Steven dua temanku, bukan !! mereka bukan temanku, merekalah
yang selalu membuatku nampak seperti orang bodoh. Kisahku ini terjadi beberapa
tahun lalu hingga aku memutuskan untuk menjadi Psikopat.
FLASHBACK..
Dulu aku bersekolah di suatu SMK ternama di wilayahku,
sekolah itu populer karena di pandang baik oleh masyarakat luas. Pada awalnya
aku berpikiran sama namun ternyata hal itu tak sesuai dengan kenyataannya.
Ketika aku masih di SMK aku dikenal sebagai siswa yang pendiam, rajin dan
teladan namun tidak bagi Andre dan Steven duo sahabat itu selalu menggapku
sebagai bonekanya. Pada saat itu aku selalu diperalat oleh mereka. Mereka
selalu memintaku mengerjakan PR nya dan menyuruhku seenaknya jika aku menolak
mereka akan memberiku balasan berupa pukulan, merusak barang-barangku dan
tindakan pembulian lainnya.
Pernah suatu hari keadaanku sedang kurang baik mereka
datang ke kelasku untuk mengerjakan PR nya. “ Hei Jo , jongos ! kerjakan PR
matematikaku ini ! ingat jangan sampai salah !”, ucap Andre tegas seraya
melemparkan bukunya dan kembali ke kelasnya sedangkan aku hanya mengangguk
lemah. Bodoh ! memang aku masih bodoh pada saat itu.
Pada saat jam istirahat aku hendak ke kantin namun aku
merasa ada tangan yang menarikku, benar saja Stevenlah yang menarikku kuat ke
ruangan kosong disana nampak Andre yang kelihatannya sedang marah.
“Hei Jon ! lihat nih matematika yang lo kerjakan !
salah 3 bodoh !!loh emang sengaja balas sendam kegue kan !!!”, ucap Andre tegas
sambil mencengkram kra seragamku. “Maaf.. ! bukan begitu maksudku, hari ini aku
sedang sakit !!”, ucapku dengan menunduk. “Jangan bohong loh jongos ! loh
sengaja kan ! udah deh ndre kita kerjain aja dia !!”, kata steven tiba-tiba.
Tak berselang lama tiba-tiba Steven memegang kedua lenganku ke belakang, aku
mencoba memberontak namun tidak bisa cengkramannya begitu kuat. Setelah itu
nampak Andre di depaanku ia melepaskan Kacamata yang kupakai lalu membuangnya.
Aku terkejut setelah itu ! ditambah aku menerima pukulan-pukulan dari Andre.
Sunngguh kurang ajar dia bukan.
Saat bel masuk
kembali berbunyi aku dihempaskan dengan keras oleh Steven ke lantai lalu mereka
meninggalkanku begitu saja tanpa rasa bersalah. Setelah mereka menghilang
akupun bangkit dan menatap kepergiannya dengan tatapan sinis. Ternyata mereka
sangat bodoh, mereka kira aku tak dapat melihat dengan mataku haha… . Mataku
ini normal dan aku memang sengaja
memakai kacamata jika ke sekolah. Kemudian akupun mengambil kacamata yang
dijauhkan Andre tadi dan lekas kembali ke kelas.
Kring.. kring.. ( bel pulang berdering ) semua siswa
lekas pulang ke rumah masing-masing. Ketika aku hendak keluar kelas aku
berpapasan dengan gadis yang selama ini aku sukai namanya sella. Ketika ia
melihatku akupun langsung berbalik membelakanginya karena merasa gerogi.
Sesampainya di rumah aku ingin langsung curhat kepada
kakakku. Oh ya ! dirumah aku hanya
tinggal bersama kakak perempuanku kedua orang tuaku sudah meninggal dunia. Dia
bernama Sinta, seorang manager sukses yang super sibuk dan jarang meluangkan
waktu untukku. Sebelum memperoleh jabatan itu ia selalu memperhatikanku namun
kini dia berubah dan sebab itulah aku menjadi sosok pendiam dan penyendiri. Aku
ingin berbagi cerita bersamanya namun karena kesibukkannya aku takut
mengganggu. Kuputuskan untuk membuat makanan spesial ini sendiri, makanan yang
besok akan kuberikan kepada sella.
Keesokan harinya aku berniat memberikan bekal makanan
yang aku buat kepada Sella. Ia nampak berada di taman bersama sahabatnya Santi,
akupun menghampiri mereka. “ Sel.. Sella ! ini kubuatkan makanan untukmu !”, ucapku
terbata karena rasa gugup yang melandaku. Aku memberikan bekal itu dengan
menunduk dan sesekali meliriknya. “hei.. jongos ! ngapain lo buat makanan ini
heh ! sini sel biar aku coba !! hufttt.. makanan apa ini hehh ! loh mau
meracuni kita-kita ya !”, sambar Santi setelah mengambil makanan dari tanganku
tiba-tiba dan langsung membuang makanan itu tepat di depanku. Aku terkejut
dengan perlakuan Santi yang tak menghargai hasil kerja kerasku,” ke.. kenapa
kau membuangnya ? ini makanan kubuatkan untuk sella !”. “ heh.. gue ini sahabat
Sella ya ! wajar jika gue yang mengambilnya lagipula makanan gak enak kayak
gitu mau diberiin Sella. Cihh !”, aku tak percaya dengan kata-kata yang baru ia
ucapkan. Ia seenaknya makan dan membuangnya di depanku, Awas kau. “Maaf, Jo !
aku sedang gak selera ! lagipula makananmu udah kotor tuh !’, perkataan yang
baru saja Sella keluarkan menambah rasa pedih yang ada di benakku. Aku kecewa
ia tak menghargai hasil kerja kerasku juga ternyata. Lihat perhitunganku nanti
!.
Setelah mengambil makananku yang tersebar di tanah aku
langsung menuju kee kelas dengan langkah yan cukup cepat. Namun aku tak sengaja
menyenggol bahu seseorang. Akupun meminta maaf kepadanya yang ternyata adalah
Andre.
Iapun langsung menarikku
ke toilet bersama si steven. Aku tahu kurasa kejadian beberapa hari lalu akan
terjadi lagi hari ini.
“hei.. jongos ! loh mau ganggu pacar gue ya ! jangan
sok loh sella gak akan mau cowok kayak loh !”, Andre ternyata adalah pacar
Sella, fakta ini lantas membuatku tambah sakit. Orang yang kucintai ternyata
menjadi kekasih orang yang paling kubenci. “Maaf, aku tak bermaksud seperti itu
!” Beberapa saat kemudian mereka mulai kembali beraksi, Steven memegangi kedua
lenganku ke belakang dengan kuat dan Andre mulai mencengkram kera bajuku dengan
keras. Bugh.. bugh.. bugh.. ! dugaanku benar Andre memukulku mulai dari kepala,
wajah sampai kebadanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa aku masih terlalu lemah.
Setelah Andre puas memukuliku ia bersama Steven pergi
meninggalkanku dalam keadaan yang bisa
dikatakan mengenaskan. Sebelum mereka pergi Steven mendorongku keras hingga
kepalaku menabrak tembok toilet. Setelah itu aku mencoba bangkit dan menuju
kaca yang berada di samping toilet. Aku terkejut, ada banyak darah di wajahku.
Langsung saja aku duduk terjatuh, kalian tahu aku sangat takut dan benci dengan
darah. Kenapa ? ketika aku masih berusia
9 tahun aku melihat langsung adagen pembunuhan yang dilakukan oleh
kumpulan penjahat. Aku dan kakakku bersembunyi dan mereka tak menemukan kami.
Namun sayangnya aku melihat banyak darah disekelilingku. Darah kedua orang
tuaku yang dibantai dan kutemukan mereka dalam keadaan tewas mengenaskan
berlumur darah. Sejak saat itu aku mengalami trauma yang cukup berat dan untung
saja ada kakakku yang mampu memulihkan kondisiku.
“Darah.. Darah.. !! aku benci darah !”, teriakku
dengan suara lantang. Kenapa ada darah lagi dihidupku. Pada awalnya aku masih
takut dan benci darah. Namun setelah itu aku mendengar bisikan bahwa aku harus
membalas mereka dengan darah. “Balas darah dengan darah ! jangan takut dengan
darah, darah itu menyenangkan !”, itulah suara yang mampu kudengar. Aku tak
tahu siapa orang yang mengatakannya tapi yang pasti sejak saat itu aku sudah
mulai tak takut dengan darah dan bertekat membalas semua orang yang telah menyakitiku.
Kejadian yang kualamai hari ini ingin sekali kuadukan
kepada kak Sinta. Saat aku memasukki kamarnya yang kulihat ia sibuk mengerjakan
pekerjaan yang harus diselasaikan. Aku tak berani memanggilnya, takut jika aku
hanya mengganggunya. Pernah suatu hari aku ingin bermain dengan kakak tapi dia
malah memarahiku dan memanggilku manja karena telah mengganggunya. Jadi,
setelah melihatnya dibalik pintu aku memutuskan kembali ke kamarku dan menyimpan
rasa sakit hatiku ini sendiri.
“ Bangkitlah ! lawan ketakutanmu Joni ! balas darah
dengan darah.. !”, suara itu kembali muncul ketika aku sudah berada di kamarku. Aku sedikit terkejut namun akhirnya aku
berani membuka suara. “ siapa kamu sebenarnya ? apa kamu mau jadi sahabatku ?”,
hening tak ada suara lagi yang menyelimuti ruangan ini. Tapi yang kuyakini ia
pasti berniat menolongku meski aku tak tahu siapa sosoknya. Setelah terdiam
beberapa saat memikirkan arti dari kalimat itu, akhirnya aku mengerti dan mulai
menyusun rencana.
Malam ini misiku akan kujalani hahaa.. aku merasa deg-degan
tapi dengan keyakinan yang kuat aku merasa bisa. Aku memutuskan ke kamar
kakakku untuk menanyakan sesuatu. “ Kak dimana tongkat baseballku kau simpan ?
aku mau pergi sebentar !”, sambil membuka pintu kamar kak sinta kulihat ia
masih sibuk dengan pekerjaannya dari tadi sore sampai petang ini. “ Ada di
lemarimu ! emang kamu mau kemana malam-malam gini ?”, kakak terlihat sedang
merapikan lembaran-lembaran di atas mejanya dan hendak berlalu keluar kamar.
“emm.. aku mau latihan baaseball kerumah temanku kak soalnya besok ada
penilaian !, kulihat ia nampak berfikir dan mencurigaiku sebab aku jarang
sekali keluar malam. Setelah kubujuk akhirnya ia mau menyetujuiku dengan syarat
agar tidak pulang larut malam. Selepas itu aku langsung pergi keluar
menjalankan misiku.
Aku sudah berada di depan rumah yang sederhana tak
lupa juga mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan. Nampak seorang lelaki
sedang tidur di kamarnya aku melangkah dengan langkah pelan agar dia tidak
mendengarnya. Tepat di depan tempat tidur lelaki itu kulihat ia mulai membuka
matanya dan kurasa ia terkejut dengan kedatanganku. “ hei.. siapa kamu ?
beraninya kamu masuk ke kamarku heh !”, BUGH.. ! lelaki itu hendak berpindah
posisinya dari tempat tidur namun ia kalah cepat dengan pukulan kerasku
dikepalanya menggunakan tongkat baseball ini. Kulihat banyak darah mengalir
dikepalanya dan rasanya ia telah tewas karena selepas aku memukulnya ia langsung
tumbang. Hahaha.. aku puas melihatnya lalu kuambil darah dikepalanya untuk
kugosokkan di kedua pipinya. Ahh.. sekali lagi aku puas sangat puas. Setelah
selesai kubiarkan keadaanya seperti itu kemudian kutinggalkan begitu saja.
Ketika aku hendak masuk ke kelas tak disengaja ternyata aku
bertemu dengan si Andre dan Sella. Si Andre melihatku dengan tatapan sinisnya
sambil merangkul bahu Sella. Mereka terlihat heran kepadaku karena hari ini aku
tak memakai kacamata seperti hari-hari biasanya. Aku tak peduli dengan hal itu,
aku hanya membalasnya dengan tatapan dingin dan berlalu begitu saja dari
mereka. Saat bel istirahat pertama berbunyi aku hendak pergi ke kantin dan
menemukan Si Andre dan Sella tengah berbincang serius di taman. Karena itu aku
memutuskan membatalkan acaraku untuk sekedar menguntip pembicaraan mereka.
Disana Andre terlihat marah dan frustasi. Kurasa mereka telah mengetahui kabar
kematian Steven.
“Hei jongos ! ngapain loh disana heh ! loh nguping ya !”,
Andre telah mengetahui keberadaanku. Aku mencoba kabur darinya tapi masih kalah
cepat dengan kejarannya. Emosinya tampak meningkat melihatku. Karena ia tak
ingin perbuatannya diketahui guru dan siswa lain kepadaku kembali ia membawaku
ke ruangan yang kosong dan menutup rapat-rapat. Ada pemandangan beda kali ini,
ya soulmatenya Steven tak ada. Itu karena Steven telah tewas semua warga
sekolah baru mengetahui kabar tersebut pagi ini.
“ Loh mau cari gara-gara sama gue ya ! ok rasain ini !” seperti
biasa ia hendak melakukan tindakan kekerasan ini kepadaku namun yang beda kali
ini ia melakukannya sendiri. Aku hanya diam menanggapi sikapnya dan mencoba
menghindari pukulannya. Pertama ia mendorong badanku keras ke tembok dengan
menggunakan kakinya. Kedua ia mulai memukul perutku berkali-kali aku berusaha
kuat setelah itu. “Tunggu Ndre ! aku mau jelasin sesuatu kepadamu ! apa kau tau
siapa pembunuh Steven ?”, gerakkannya berhenti seketika setelah aku mengatakannya. “Apa maksudmu hehh
?”, tampak wajahnya semakin memerah mendengarnya. Hhe.. aku berusaha menahan
tawa. “Aku akan mengatakannya langsung ! akulah pembunuh soulmate bodohmu itu
hahaha…”,dia diam selama beberapa waktu kemudian kulihat dia sudah tak mampu
menahan emosinya. Pukulan ketiga siap menuju ke wajahku. Namun tiba-tiba
gerakkannya berhenti, kalian tahu kenapa ? karena aku telah menancapkan pisau
ke perutnya. Tak puas hanya sekali kutusuk beberapa kali wilayah perutnya.
Pemandangan pertama yang kulihat adalah darah. Aku senang sekali dan aku telah
membalas budi atas perlakuan Andre selama ini. Kulihat ia langsung tumbang di
depanku. Aku tertawa sinis di depan mayatnya dan mengambil darahnya untuk
kugosokkan di kedua pipinya.
Setelah kejadian itu aku langsung pulang kerumah. Bagaimana
dengan sekolahku ? sebelumnya aku meminta ijin ke guru BK untuk pulang lebih
awal dengan alasan sakit. Dan kurasa saat ini sekolahku sedang heboh karena
melihat mayat di ruangan kosong itu. Hahaha.. aku merasa punya jiwa baru.
“balas dendam dengan darah” itulah prinsip baruku. Kurasa urusanku belum
selesai karena masih ada beberapa tugas yang belum selesai.
Keesokkan harinya nampak sekolah sedang berduka karena dua
siswanya menjadi korban pembunuhan dalam jangka waktu satu hari. Dan mereka
telah menyelidiki kasus ini diduga pelakunya adalah warga sekolah ini. Saat
hendak ke kelas aku melihat Sella bersama Santi yang terpukul atas kejadian
ini. Sella malah melihatku dengan tatapan sinis cih… . Ketika bel istirahat
berbunyi tak kusangka Sella dan Santi sedang mendiskusikan sesuatu. Kulihat
nampak penting tak salahkan jika aku menguping haha.. . “San, aku takut !”,
“aku tahu kau masih sedih dengan kasus si Andre kan ? tenang ajalah pasti
pelakunya ketangkap kok !”.
Sella kembali menangis ia
mengingat kembali kenangan indahnya bersama Andre. Ia takut bahwa akan bernasib
sama seperti pacarnya dan Steven. “San, malam ini kamu nginep di rumahku ya ! kebetulan
orangtua sedang tugas di luar kota.”, “mmm.. ok deh Sel !”, “makasi ya kamu
memang sahabat terbaikku !’, merekapun saling tertawa dan berpelukan. Tapi
entah kenapa Sella merasa bahwa ada orang lain yang sedang memata-matainya. Itu
adalah aku. Setelah mendengar obrolan menarik mereka akupun sedikit tersenyum
sinis dan berlalu meninggalkan tempat yang sedari tadi kugunakan untuk
bersembunyi.
Semakin hari sikapku semakin berubah. Aku sering pergi
malam tanpa meminta ijin kakakku, biar saja emang dia mengawatirkanku ?. Kak
Sinta sebenarnya pernah marah padaku karena pulang larut malam aku tak peduli.
Malah aku meninggalkannya dengan acuh beserta tatapan dinginku. Kurasa ia
sekarang mulai mencurigaiku.
Aku sudah berada di depan rumah seseorang yang kucintai.
Aku sudah siap untuk bersenang-senang hari ini. Dengan memakai topi dan sapu
tangan di wajahku tak akan ada orang yang mengenaliku. Dengan beberapa alat
yang kubawa aku siap menjalankan langkah selanjutnya.
Krekk.. kubuka perlahan pintu didepanku dan kuintip sejenak
keadaan didalamnya. Sella sedang membaca buku sementara Santi pergi ke kamar
mandi di kamarnya. Dengan langkah pasti aku memasuki kamarnya. “Sisi.. siapa
kau ??”, “hai sayang kita berjumpa lagi ! kau tidak mengenaliku sayang ? aku
selalu berada didekatmu aku selalu..”, perkataanku lantas terputus saat ia
tiba-tiba mencabut sapu tangan dan topiku secara cepat. Kulihat ia nampak
terkejut denganku. “Kau ? Joni !”, aku hanya membalasnya dengan senyuman yang
perlahan memudar. “Kenapa kau melakukan ini ? kau yang membunuh Steven dan
Andre kan !”, emosinya memuncak saat ia mengetahui bahwa pelaku pembunuhan itu adallah
aku. Kubalas perkataannya tadi dengan kekehan. “Kau sudah tahu sekarang !”,
“Kenapa kau membunuh mereka hah ! mereka itu teman kita !”, “Teman katamu !
mereka tak pantas disebut teman mereka pantas disebut psikopat ! apa Andre
tidak pernah cerita tentangku padamu ? haha.. kurasa tidak ! mereka berdua
sering melakukan pembulian, kekerasan dan merusak barang-barangku ! kau takkan
pernah merasakan hidup sebagaiku !” setelah panjang lebar kujelaskan ia nampak
tak percaya mendengarnya. Ternyata dugaanku benar Andre tak pernah mengatakan
perlakuannya padaku ke Sella.
“Sekarang adalah waktumu !”, “Joni.. ! aku tahu kau marah
pada mereka tapi kenapa kau juga mau membunuku ?”, “Siapa yang mau membunuhmu ?
aku hanya mau bersenang-senang denganmu sebagai balasan sikapmu padaku selama
ini !”, kumajukan sedikit langkah kakiku menujunya sementara ia mundur beberapa
langkah. Ia terlihat begitu takut kepadaku.
“Santi.. santi.. Tolo..”, perkataannya terpotong setelah
tanganku berada di lehernya. Ia hendak memanggil Santi yang berada di dalam
kamar mandi namun gagal setelah aku berhasil mencekeknya. Ia berontak terhadap
sikapku dan berhasil kabur menjauh namun ketika hendak lari ia malah terjatuh
setelah kakinya tak sengaja menabrak meja. Gampang saja bagiku untuk mengejarnya.
Aku semakin mendekatinya ia segera mundur hingga menabrak tembok di
belakangnya. Kukeluarkan benda kesukaanku perlahan kepadanya yaitu pisau. Pisau
itu akan kugunakan untuk membunuhnya. Ia semakin menjerit ketakutan setelah aku
semakin mendekatinya. Semakin dekat.. semakin dekat dan jlepp.. pisauku
berhasil menancap ke perut seseorang dan orang itu adalah Santi. Ternyata ia
mendengar teriakan Sella dan berniat melindunginya. Dasar gadis bodoh ! tapi
tak apalah karena dengan begitu tugasku semakin mudah. Kalian tahu aku juga
menaruh dendam kepada gadis itu. Santi dengan seenaknya membuang makanan hasil
kerja kerasku kalian tentu masih ingatkan !.
“Tidak.. Santi.. Santi bangunlah ! aku mohon bangun.. !”
Santi terkapar setelah menerima tusukan dariku. Sekali lagi pemandangan pertama
yang dapat terlihat adalah darah. “ Sekarang waktumu menyusulnya !”, tanganku
siap menuntun pisau ini kearah Sella tapi aku merasa ada sebuah tangan yang
menahanku. Akupun melihat ke samping dan ternyata kak Sintalah pelakunya. Aku
sempat terkejut sesaat ternyata kakakku mengikuti diam-diam mulai dari rumah.
Hening suasana setelah itu, akupun memulai pembicaraan ,”Hai kak ! sedang apa
kau disini ? bukannya kau sedang sibuk dengan pekerjaanmu ?,” “maafkan kakak
jon ! aku tahu kau jadi begini karena aku kurang memperhatikanmu kan ?”, “ahh..
kau mulai mengerti tapi tidak semua salahmu.”, “aku mohon jon kembalilah
menjadi joni yang dulu !”, “Apa kau pikir kehidupanku semudah itu heh layaknya
membuka lembaran baru ! kau salah besar kak ! kau tak pernah tahu kehidupanku
di sekolahkan aku selalu mengalami pembulian dan kekerasan oleh orang-orang
busuk itu ! aku selalu mencoba curhat bersamamu tapi kau selalu sibuk dengan
urusanmu ! jadi jangan salahkan aku jika aku punya kehidupan sendiri seperti
sekarang !”, Kak Sinta menangis menyesali perbuatannya yang lalai menjagaku.
Kecewa pasti itu yang dirasakannya sekarang. Tapi semua sudah terlambat karena
diriku yang dulu sudah hancur.
“Sella sayang.. ! kali ini kau beruntung karena nasibmu tak
seburuk kawan-kawanmu tapi jika lain waktu kita bertemu kembali kupastikan
nyawamu dalam bahaya ! ohh.. ya dan satu lagi kak ! aku sudah kehidupan sendiri
jadi kakak jangan mencariku dan mencampuri urusanku !”, itulah kalimat terakhir
yang kusampaikan pada mereka berdua. Sella masih tampak terpaku dengan
perkataanku tadi sementara kakak masih tetap menyesali perbuatannya. Akupun keluar
sambil meninggalkan pisau berdarahku dan kemudian menghilang dibalik pintu itu. FLASHBACK END
Sejak saat itu aku tak pernah kembali ke rumah yang
kutinggali bersama kak Sinta. Aku menikmati kehidupan baruku menjadi seorang
psikopat. Aku merasa punya gairah hidup dan tak takut dengan apapun lagi. Kini
aku telah tinggal di suatu desa yang kuanggap aman. Banyak orang diluar sana
yang sampai sekarang mencari keberadaanku namun nihil mereka tak pernah
sekalipun menemukanku. Tapi sekarang kudengar ada seorang lelaki yang mulai
mengetahui keberadaanku disini.
-
THE END -
Info sedikit bagi yang kurang tahu :
Pembulian adalah
tindakan melakukan pelecehan yang dilakukan oleh satu / beberapa orang ke orang
lain. Biasanya tindakan pembulian banyak dilakukan antar teman (sekolah),
antara kakak kelas (senior) dengan adik kelas (junior). (Taufikur Rahman)
Maaf kalo masih jelek bin
amburadul soalnya masih pemula. Next Project Short Story is Psikopat 2 :
Perjalanan Hidup. See u ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar